• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTAR UNSUR INTRINSIK CERPEN KOROSHIYA DESUNOYO KARYA HOSHI SHINICHI 胞子真一が書いた「殺し屋ですのよ」における構造要素の間の関係 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTAR UNSUR INTRINSIK CERPEN KOROSHIYA DESUNOYO KARYA HOSHI SHINICHI 胞子真一が書いた「殺し屋ですのよ」における構造要素の間の関係 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTAR UNSUR INTRINSIK CERPEN

KOROSHIYA DESUNOYO

KARYA HOSHI SHINICHI

胞子真一

書い

構造要素

関係

Skripsi

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Ujian Sarjana S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Oleh :

Novy Hanna Yusuf

NIM : 13050111130067

PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

HUBUNGAN ANTAR UNSUR INTRINSIK CERPEN

KOROSHIYA DESUNOYO

KARYA HOSHI SHINICHI

胞子真一

書い

構造要素

関係

Skripsi

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Ujian Sarjana S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Oleh :

Novy Hanna Yusuf

NIM : 13050111130067

PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Penulis menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini disusun

tanpa mengambil hasil penelitian lain baik untuk memperoleh suatu gelar sarjana

atau diploma yang sudah ada di universitas lain maupun hasil penelitian lainnya.

Penulis juga menyatakan bahwa skripsi ini tidak mengambil bahan dari publikasi

atau tulisan orang lain kecuali yang sudah disebutkan di rujukan dalam Daftar

Pustaka. Penulis bersedia menerima sanksi jika terbukti melakukan plagiat atau

penjiplakan.

Semarang, 6 November 2016

Penulis

Novy Hanna Yusuf

(4)

MOTTO

Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan

orang yang hanya membenarkan kata-kata anda

-Nabi Muhammad SAW

It is dificult to be patient but to waste the rewards for patience is worse

-Abu Bakar (r.a)

Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow

(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk keluarga tercinta terutama kepada Ibu saya

Subik atas doa serta semangat yang diberikan dan Bapak Suwondo atas kerja

keras membahagiakan keluarga. Adik saya Wikas yang selalu sigap membantu

(6)

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Budi Mulyadi, S.Pd, M.Hum Fajria Noviana, S.S, M.Hum

(7)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Hubungan antar Unsur Intrinsik Cerpen Koroshiya

Desunoyo Karya Hoshi Shinichi” ini telah diterima dan disahkan oleh Panitia

Ujian Skripsi Program Strata-1 Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro. Pada tanggal : 30 November 2016

Tim Penguji Skripsi

Ketua

Budi Mulyadi, S.Pd, M.Hum

NIP. 197307152014091003

Anggota I

Fajria Noviana, S.S, M.Hum

NIP. 197301072014092001

Anggota II

Zaki Ainul Fadli, S.S, M.Hum

NIK. 19780616012015011024

Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Dr. Redyanto Noor, M.Hum

(8)

PRAKATA

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena kuasa dan

pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan penyelesaian skripsi ini sebagai salah satu

syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana pada Program Bahasa dan

Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.

Penulis mengalami kesulitan dalam penyusunan skripsi ini diberbagai hal

diantaranya dalam memahami hubungan antar unsur intrinsik sebagai penelitian.

Namun, berkat jasa baik dan bimbingan dari dosen pembimbing serta semangat

yang diberikan keluarga dan teman-teman maka kesulitan-kesulitan tersebut dapat

teratasi.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat

terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan rasa

terima kasih yang mendalam dalam kesempatan ini kepada :

1. Dr. Redyanto Noor, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Diponegoro Semarang.

2. Elizabeth Ika Hesti Aprilia Nindia Rini, S.S, M.Hum, selaku Ketua Jurusan

Sastra Jepang Universitas Diponegoro Semarang.

3. Budi Mulyadi, S.Pd, M.Hum, selaku Sensei dan Dosen Pembimbing I, terima

kasih atas saran, semangat, motivasi dan bantuan yang tak terhingga dalam

(9)

4. Fajria Noviana, S.S, M.Hum, selaku Sensei dan Dosen Pembimbing II,

terima kasih atas waktu, kesabaran, saran, arahan, bimbingan dan nasihatnya

selama menjadi pembimbing.

5. Yuliani Rahmah, S.Pd, M.Hum, selaku Dosen Wali dan seluruh dosen Sastra

Jepang Universitas Diponegoro Semarang, terima kasih atas ilmu, kebaikan,

motivas dan cinta kasih yang telah diberikan selama ini. Kebaikan dalam

memberikan ilmu dan jasa kalian akan selalu kami ingat.

6. Sahabat dan teman-teman Sastra Jepang angkatan 2011 terima kasih untuk

kebersamaannya. Sukses untuk kita semua.

7. Keluarga dan saudari tercinta dan terkasih atas segala doa dan cinta kasih

kepada penulis.

8. Harry Marga Utama yang selalu menemani dengan sabar dan mendukung

segala hal yang baik.

9. Sahabatku tercinta Eka Kodok dan Ria Arindu terima kasih mau menemani

dan meluangkan waktunya untuk penulis bagaimanapun situasi dan kondisi.

10.Sahabat-sahabat cantikku Clara, Gayuh, Putri, Eka, dan Silma. Berjuang

menuju karir dan hidup yang lebih baik.

11.Sahabat-sahabat masa kuliah dan seterusnya yang tercinta dan terkasih Suci,

Selvi, Tia lola, Dina, Patria, Gugun, Neta, Rumbi, April, dan Lili. Semoga

persahabatan kita langgeng dan sukses bagi kita semua.

12.Senseitachi Sastra dan Bahasa Jepang Fakultas Iilmu Budaya Universitas

(10)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan pada waktu yang akan datang.

Semarang, 6 Desember 2016

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pernyataan ... ii

Motto ... iii

Persembahan ... iv

Halaman Persetujuan ... v

Halaman Pengesahan ... vi

Prakata ... viii

Daftar Isi ... x

Abstract ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat ... 4

(12)

1.6Metode Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.2. Kerangka Teori ... 7

2.2.1 Unsur Intrinsik ... 7

2.2.1.1 Tokoh dan Penokohan ... 7

2.2.1.2 Tema ... 10

2.2.1.3 Latar ... 11

2.2.1.4 Alur atau Plot ... 12

2.2.1.5 Sudut Pandang ... 13

2.2.1.6 Amanat ... 13

2.2.2 Unsur Ekstrinsik ... 13

2.2.3 Hubungan Antar Unsur Intrinsik ... 14

2.2.3.1 Hubungan Tema dengan Tokoh dan Penokohan 15 2.2.3.2 Hubungan Tema dengan Latar ... 16

(13)

2.2.3.4 Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Latar 16

2.2.3.5 Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Alur 17

2.2.3.6 Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Sudut Pandang... 17

BAB III. ANALISIS STRUKTURAL DAN HUBUNGAN ANTAR UNSUR INTRINSIK CERPEN KOROSHIYA DESUNOYO ... 18

3.1 Analisis Unsur Intrinsik ... 18

3.1.1 Tokoh dan Penokohan ... 18

3.1.1.1 Tokoh dan Penokohan Tokoh Utama ... 18

3.1.1.2 Tokoh dan Penokohan Tokoh Tambahan 32 3.1.2 Tema ... 34

3.1.3. Latar ... 35

3.1.3.1 Latar Tempat ... 35

3.1.3.2 Latar Waktu ... 38

3.1.3.3 Latar Sosial ... 39

3.1.4 Alur ... 40

(14)

3.1.6 Amanat ... 41

3.2 Analisis Unsur Ekstrinsik ... 42

3.3. Hubungan Antar Unsur Intrinsik ... 43

3.3.1 Hubungan Tema dengan Tokoh dan Penokohan .. 43

3.3.2 Hubungan Tema dengan Latar ... 44

3.3.3 Hubungan Tema dengan Amanat ... 45

3.3.4 Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Latar ... 45

3.3.5 Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Alur ... 46

3.3.6 Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Sudut Pandang ... 47

BAB IV. SIMPULAN ... 50

YOUSHI ... 53

LAMPIRAN ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(15)

ABSTRACT

Novy Hanna Yusuf, 2016. “Analysis the Correlation of the Intrinsic

Elements of Hoshi Shin’ichi’s short story, Koroshiya Desunoyo. Thesis of

Japanese Literature, Diponegoro University, Semarang, First advisor,Budi

Mulyadi, Spd.M.Hum. Second advisor Fajria Noviana, SS, M.Hum.

In this study, the writer would like to examine correlation among the

Koroshiya Desunoyo’s intrinsic elements by using structural methods. The

correlation between the elements are namely: theme and character and

characterization, theme and setting, theme and message, character and

characterization and setting, character and characterization and plot, and character

and characterization and point of view.

The objective of the study is to anaylyze the structural elements and the

correlation among the intrinsic elements of Hoshi Shin’ichi’s short story,

Koroshiya Desunoyo. The data which is used for the study is one of Hoshi

Shin’ichi’s short stories titledKoroshiya Desunoyoin his book, Bokko Chan,

publised in 1971.

The result of the study is to know the correlation among the intrinsic

elements which constucts a whole story.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya

imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

dapat berupa karya berbentuk tulisan dan karya sastra lisan. Karya sastra tidak

sekedar lahir dari dunia yang kosong melainkan karya yang lahir dari proses

penyerapan realita pengalaman manusia (Siswantoro, 2004 : 23)

Karya sastra merupakan karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan

yang ditulis dengan bahasa yang indah. Menurut ragamnya terbagi menjadi tiga,

yaitu prosa, puisi, dan drama. Didalam ragam karya sastra tersebut banyak pokok

permasalahan yang dapat dijumpai, misalnya masalah politik, sosial, sejarah,

ekonomi dan budaya. Hal ini dikarenakan pada dasarnya karya sastra merupakan

gambaran kehidupan sehari-hari.

Cerpen merupakan jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau pun

cerita tentang manusia beserta kehidupannya lewat tulisan pendek. Cerpen adalah

salah satu ragam fiksi yang dilihat dari banyaknya kata yang dipakai kurang dari

sepuluh ribu kata serta hanya mempunyai satu alur dan berfokus pada satu tokoh.

Biasanya menceritakan tentang kehidupan seseorang dan permasalahan dalam

cerpen pun tidak serumit novel.

Tidak hanya di Indonesia, di Jepang sudah banyak karya sastra berupa

(17)

majalah dan buku. Hoshi Shin’ichi merupakan salah satu penulis novel dan cerpen

yang terkenal di Jepang. Hoshi Shin’ichi lahir di Tokyo pada tanggal 6 September

1926 dan meninggal pada tanggal 30 desember 1997. Ia juga menulis cerita

misteri dan memenangkan Mystery Writers of Japan Award untuk karyanya yang

berjudul Moso Ginko pada tahun 1968. Salah satu cerita pendeknya yang sangat

terkenal adalah Bokko-chan yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris.

Karyanya yang terkenal selain Bokko-chan adalah Koroshiya Desunoyo yang

penulis jadikan objek material dalam penelitian ini.

Tokoh cerpen Koroshiya Desunoyo yaitu wanita muda, tuan Enu manajer

sebuah perusahaan besar, beserta tokoh pendukung lainnya yaitu pimpinan

perusahaan G dan para dokter. Cerpen ini bercerita mengenai wanita muda dengan

dandanan menor menemui tuan Enu di sebuah Vila serta mengaku sebagai

pembunuh bayaran dan menawarkan jasanya pada tuan Enu untuk membunuh

pimpinan perusahaan G. Awalnya tuan Enu ragu dan menolak tawaran dari wanita

muda tetapi wanita muda tidak mau menyerah. Dia menawarkan membunuh

dengan cara noroikorosu (kutukan) dengan menjadikan korbannya sakit dan

meninggal, sehingga membunuh dengan cara tersebut tidak akan ketahuan. Dia

pun memberikan jangka waktu 3 sampai 6 bulan. Tuan Enu pun akhirnya setuju

dengan tawaran wanita muda itu.

Enam bulan pun berlalu, pimpinan perusahaan G meninggal karena

serangan jantung. Kemudian wanita muda menemui tuan Enu dan meminta

bayaran uang. Setelah menerima uang dia kembali ke kota dan mengubah

(18)

suster kepercayaan para dokter. Dia bekerja di Rumah Sakit tempat pimpinan

perusahaan G dirawat sedangkan tuan Enu tidak mengetahuinya.

Alasan pemilihan objek material ini karena susunan unsur intrinsik yang

saling berkaitan serta jalan ceritanya yang menarik dan tokoh utamanya yang

tidak mudah ditebak sehingga penulis tertarik untuk mengkaji unsur struktural

dalam penelitian ini.

Isi cerpen “Koroshiya Desunoyo” sangat menarik untuk dianalisis lebih

lanjut, karena dalam cerpen ini pengarang menceritakan unsur struktural yang di

dalamnya terdapat unsur intrinsik dan ekstrinsik yang saling berhubungan. Unsur

intrinsik berupa tokoh dan penokohan, tema, alur, latar, sudut pandang dan

amanat sedangkan unsur ekstrinsik di dalamnya terdapat keadaan subjektivitas

individu pengarang, biografi pengarang, dan lingkungan pengarang.

Adapun judul penelitian penulis yang mengacu kepada latar belakang di atas

adalah Analisis Srtuktural Cerpen Koroshiya Desunoyo Karya Hoshi Shin’ichi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah unsur struktural cerpen Koroshiya Desunoyo?

2. Bagaimanakah hubungan antar unsur intrinsik yang saling berkaitan pada

(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengungkapkan unsur struktural yang di dalamnya terdapat unsur

intrinsik dan ekstrinsik dalam cerpen Koroshiya Desunoyo karya Hoshi

Shin’ichi.

2. Mengetahui unsur intrinsik yang saling berkaitan dalam cerpen

Koroshiya Desunoyo karya Hoshi shin’ichi.

1.4. Manfaat

Secara teoritis dibidang keilmuan diharapkan agar penelitian ini dapat

memberikan pemahaman bagi pembaca dalam perkembangan ilmu bahasa dan

sastra Jepang mengenai teori struktural yang berfokus pada unsur intrinsik dan

unsur ekstrinsik.

Manfaat secara praktis dalam penelitian ini diharapkan menambah

pengetahuan pembaca maupun peneliti lainnya dalam bidang kesusastraan,

khususnya sastra Jepang yang bisa dijadikan sarana untuk memahami kajian

metode struktural.

1.5. Ruang Lingkup

Pembatasan masalah pada penelitian ini difokuskan pada analisis unsur

intrinsik dan ekstrinsik cerpen Koroshiya Desunoyo dengan menggunakan metode

struktural. Pendekatan analisis struktural cerpen yang menelaah karya sastra dari

(20)

cerita, alur, latar, sudut pandang, dan amanat. Beserta unsur ekstrinsik berupa

keadaan subjektivitas individu pengarang, biografi pengarang, dan lingkungan

pengarang.

1.6.Metode Penelitian

Metode Penelitian karya sastra ini mencakup unsur struktural dan hubungan

antar unsur-unsur tersebut, maka pendekatan utama yang digunakan

menggunakan analisis struktural.

Langkah awal yang dilakukan penulis adalah menentukan cerpen yang akan

diteliti yaitu cerpen Koroshiya Desunoyo karya Hoshi Shin’ichi. Setelah data

primer yang berupa cerpen Koroshiya Desunoyo dipilih, selanjutnya yaitu

menerjemahkan cerpen tersebut. Setelah mengetahui isi cerita dengan baik,

penulis menentukan objek apa yang ingin diteliti beserta metode apa yang ingin

digunakan untuk menganalisisnya.

Langkah selanjutnya adalah mencari data sekunder, berupa buku-buku

tentang teori sastra, metode struktural, maupun mengunduh data-data dari internet

yang menunjang analisis cerpen tersebut. Selain itu untuk menambah informasi

penulis juga mengunduh data-data yang berkaitan dengan biografi Hoshi Shin’ichi

beserta karya-karyanya dari internet yang relevan dengan penelitian ini

Langkah terakhir yang dilakukan setelah data terkumpul dan dianalisis sesuai

dengan metode yang digunakan. Penulis menyajikan hasil analisis berupa

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini, penulis memilih cerpen Jepang yang berjudul Koroshiya

Desunoyo untuk dianalisis mengenai unsur strukturalnya. Sepengetahuan penulis,

penelitian tentang metode struktural cerpen tersebut belum pernah dilakukan

sebelumnya, tetapi cerpen tersebut sudah diteliti oleh Reva Dzulasyari mahasiswa

dari Universitas Dian Nuswantoro dengan judul penelitiannya “Penggunaan

Shuujoshi Wa, No, dan Kashira dalam Cerpen Koroshiya Desunoyo”. Reva Dzulasyari mencari Shuujoshi No untuk memperhalus pernyataan dan yang

menunjukkan kalimat tanya, serta Shuujoshi Kashira yang digunakan untuk

menunjukkan ketidakpastian dalam cerpen Koroshiya Desunoyo.

Cerpen tersebut juga sudah diteliti oleh mahasiswa Sastra Jepang

Universitas Diponegoro Semarang 2010 oleh Noor Rahmi Wati dengan judul

Analisis Resepsi Pembaca Cerpen “Koroshiya Desunoyo” Karya Hoshi Shin’ichi

(Studi Kasus Terhadap 15 Orang Jepang). Dalam penelitian tersebut, Noor Rahmi

Wati meneliti tentang tanggapan orang Jepang terhadap cerpen Koroshiya

Desunoyo dan tanggapan unsur-unsur pembangun cerpen dengan responden 15

orang Jepang.

Pada penelitian ini, penulis berfokus pada analisis unsur struktural cerpen

(22)

metode tersebut dalam penenelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan

antar unsur dalam cerpen tersebut.

2.2. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini penulis akan memaparkan kerangka

teori unsur struktural berupa unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik

(intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.

Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, Unsur-

unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur

yang dimaksud, misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut

pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2012:

23).

Sedangkan unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di

luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau

sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro, 2012: 23).

Berikut ini pemaparan teori struktural berupa tokoh dan penokohan, tema, cerita,

latar, alur, sudut pandang, dan amanat yang terdapat dalam cerpen. Beserta unsur

ekstrinsik berupa keadaan subjektivitas individu pengarang, biografi pengarang,

dan lingkungan pengarang.

2.2.1. Unsur Intrinsik

2.2.1.1 Tokoh dan Penokohan

Istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, karakter dan

karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama.

(23)

1.1. Tokoh

Menurut Abrams melalui Nurgiyantoro, tokoh adalah orang yang

ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan

memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu sperti yang diekspresikan

dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (2012: 165).

Tokoh-tokoh cerita dalam dalam karya sastra dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis yaitu :

a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Tokoh utama (main character) adalah tokoh yang diutamakan

penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia paling banyak

diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian

(Nurgiyantoro, 2012: 176-177)

Tokoh tambahan (peripheral character) di pihak lain, pemunculan

tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan

dan kehadirannya hanya jika ada keterkaintannya dengan tokoh utama,

secara langsung maupun tidak langsung (Nurgiyantoro, 2012: 177).

b. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya

secara populer disebut hero tokoh yang merupakan pengejawantahan

norma-norma nila-nilai yang ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis, 1966:

59).

Tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik (Nurgiyantoro,

(24)

1.2. Penokohan

Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan

tokoh dalam cerita. Pengertian penokohan lebih luas pengertiannya daripada

tokoh dan perwatakan sebab ia mencakup masalah siapa tokoh cerita sehingga

sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2000:

166).

Penokohan dilakukan dengan dua metode, yaitu metode ekspositori atau

analisis atau langsung dan metode dramatik atau tidak langsung. Berikut ini

adalah penjelasan dari kedua metode tersebut.

a. Metode Analitis

Metode analitis atau langsung menurut Nurgiyantoro, pelukisan tokoh

cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan

secara langsung. Tokoh cerita dihadirkan oleh pengarang kehadapan

pembaca secara berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai

deskripsi diri tokoh tersebut yang dapat berupa sikap, watak, tingkah laku,

atau bahkan ciri fisiknya (2012: 195).

Metode ini bersifat sederhana dan efisien karena pengarang dengan

singkat dan cepat dapat mendiskripsikan diri tokoh. Namun demikian,

metode seperti ini merangsang imajinasi pembaca untuk membentuk

sendiri gambarannya tentang sang tokoh karena semua hal yang ada dalam

diri tokoh sudah disajikan secara jelas dan lengkap, suatu hal yang menjadi

kelemahan metode ini. Kelemahan metode lain dari metode ini terletak

(25)

ada seorang pun yang memiliki deskripsi diri sedemikian lengkap dan

pasti (Nurgiyantoro, 2012: 197-198).

b. Metode Dramatik

Pengarang tidak mendiskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta

tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk

menunjukkan kehadirannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang

dilakukan, baik secara verbal lewat kata-kata, maupun non verbal lewat

tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi

(Nurgiyantoro, 2012: 198).

Menurut Kenny melalui Nurgiyantoro, adanya kebebasan pembaca untuk

menafsirkan sendiri sifat-sifat tokoh cerita, disamping kelebihannya di atas,

sekaligus juga dipandang sebagai kelemahan teknik dramatik (2012: 200).

2.2.1.2Tema

Setiap karya sastra pasti mempunyai tema, namun apa isi dari tema itu

sendiri tidak mudah ditunjukkan. Dengan demikian, untuk menentukan tema

sebuah karya sastra, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya

berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Pengertian tema menurut Stanton

melalui Nurgiyantoro mengungkapkan bahwa tema merupakan makna sebuah

cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara

yang sederhana (2012: 70).

Menentukan tema dalam sebuah karya sastra haruslah disimpulkan dari

(26)

menjiwai seluruh bagian cerita tersebut. Menurut Hartoko dan Rahmanto,

mengemukakan tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang dan

sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis

dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (1986:

42)

2.2.1.3Latar

Penunjukkan latar dalam karya sastra tidak terbatas pada penempatan

lokasi-lokasi tertentu, atau sesuatu yang bersifat fisik saja, melainkan yang berupa

tata cara, adat-istiadat, kepercayaan dan nilai-nilai yang berlaku ditempat yang

bersangkutan. Menurut Abrams melalui Nurgiyantoro latar atau setting yang

disebut juga sebagai landas tumpu. Mengacu pada pengertian tempat, hubungan

waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan (2012: 216).

Kehadiran latar dalam karya sastra memberikan kesan dalam cerita agar

karya tersebut tampak realistis. Latar mempunyai unsur yang dibedakan ke dalam

tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.

a. Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

ssebuah karya sastra. Unsur-unsur tempat yang digunakan berupa nama

tempat atau ruangan. Mialnya ruangan rumah, ruangan kelas, taman atau

bahkan nama kota seperti Semarang, Solo, Jogja, dan kota-kota yang lain.

b. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya

(27)

tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada

kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peritiwa sejarah (Nurgiyantoro, 2012:

230).

c. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakt disuatu tempat yang diceritakan dalam karya

fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah

dalam lingkup yang cukup kompleks (Nurgiyantoro, 2012: 233).

2.2.1.4Alur atau Plot

Alur atau biasa yang disebut plot merupakan unsur fiksi yang penting,

bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting diantara

unsur fiksi yang lain (Nurgiyantoro, 2012: 110).

Tinjauan struktural dalam karya sastra lebih dikenal dengan sebutan plot.

Stanton (1965: 14) misalnya, mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi

urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat,

peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

Menurut Kenny melalui Nurgiyantoro, mengemukakan plot sebagai

peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana,

karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab

(28)

2.2.1.5Sudut Pandang

Menurut Abrams melalui Nurgiyantoro sudut pandang (point of view)

menyaran pada sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan

yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan,

latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi

kepada pembaca (1981: 142).

2.2.1.6Amanat

Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada

pembaca berupa nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan contoh atau teladan.

Amanat dalam sebuah karya sastra biasanya tersurat dan tersirat. Amanat yang

tersirat merupakan amanat yang tidak dijelaskan secara tertulis, tetapi dapat

diketahui pembaca melalui alur serita. Sedangkan amanat yang tersurat adalah

amanat yang dijelaskan melalui kata-kata secara langsung.

Amanat atau pesan berhubungan dengan nilai moral yang berkaitan dengan

baik dan buruknya suatu perilaku. Moral dalam karya sastra biasanya

mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya

tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan pembaca

(Nurgiyantoro, 2012: 321).

2.2.2. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya

(29)

organisme karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai

unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sndiri

tidak ikut menjadi bagian di dalamnya (Nurgiyantoro, 2012: 23).

Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga terdiri dari

sejumlah unsur. Menurut Wellek & Warren melalui Nurgiyantoro unsur-unsur

yang dimaksud antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang

memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan

mempengaruhi karya yang ditulisnya. Pendek kata, unsur biografi pengarang akan

turut menentukan corak karya yang dihasilkannya (2012: 24).

2.2.3. Hubungan antar Unsur Intrinsik

Hubungan antar intrinsik tidak dapat dipisahkan, unsur-unsur tersebut

saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan.

Menurut Abrams melalui Nurgiyantoro di satu pihak, struktur karya sastra dapat

diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian

yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang

indah (1981: 68).

Di pihak lain, struktur karya sastra menyaran pada pengertian hubungan

antar unsur (intrinsik), yang bersifat timbal-balik, saling menentukan, saling

mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh

(Nurgiyantoro, 2012: 36).

Hubungan antar unsur intrinsik tersebut, diidentifikasi dan dideskripsikan,

(30)

Setelah dicobajelaskan bagaimana fungsi-fungsi masing-masing unsur itu dalam

menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan antar unsur itu

dalam menunjang makna keseluruhannya, dan untuk sebuah totalitas-kemaknaan

yang padu (Nurgiyantoro, 2012: 37).

Menurut Nurgiyantoro, pada dasarnya analisis struktural memaparkan

secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antarberbagai unsur karya sastra yang

secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural tak

cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi,

misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lain. Namun, yang lebih penting

adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur itu, dan sumbangan apa

yang diberikan terhadap tujuan estetetik dan makna keseluruhan yang ingin

dicapai (2012: 37).

Di bawah ini merupakan beberapa teori tentang hubungan antar unsur

intrinsik menurut Nurgiyantoro dalam bukunya tentang Teori Pengkajian Fiksi

sebagai berikut :

2.2.3.1Hubungan Tema dengan Tokoh dan Penokohan

Tema, seperti dikemukakan sebelumnya, merupakan dasar cerita, gagasan

sentral, atau makna cerita. Dengan demikian, dalam sebuah karya fiksi,

tema bersifat mengikat dan meyatukan keseluruhan unsur fiksi tersebut.

Sebagai unsur utama fiksi, penokohan erat berhubungan dengan tema.

Tokoh-tokoh cerita itulah, terutama, yang sebagai pelaku-penyampai tema,

(31)

menyebabkan perbedaan perlakuan tokoh cerita yang “ditugasi”

menyampaikannya (Nurgiyantoro, 2002: 173).

2.2.3.2Hubungan Tema dengan Latar

Menurut Nurgiyantoro, latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara

berpikir tokoh, dan karenanya akan mempengaruhi pemilihan tema. Atau

sebaliknya tema yang dipilih akan menuntut pemilihan latar yang sesuai

dan mampu mendukung (2002: 75).

2.2.3.3Hubungan Tema dengan Amanat

Menurut Kenny melalui Nurgiyantoro, moral dan tema, karena keduanya

merupakan sesuatu yang terkandung, dapat ditafsirkan, diambil dari cerita,

dapat dipandang sebagai kemiripan. Namun, tema bersifat lebih kompleks

daripada moral disamping tidak memiliki nilai langsung sebagai saran

yang ditujukan kepada pembaca. Moral dengan demikian, dpat dipandang

sebagai salah satu wujud tema dalam bentuk sederhana (2002: 320)

2.2.3.4Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Latar

Antara latar dan penokohan mempunyai hubungan yang erat dan bersifat

timbal balik. Sifat-sifat latar, dalam banyak hal, akan mempengaruhi

sifat-sifat tokoh. Bahkan, barangkali tak berlebihan jika dikatakan bahwa sifat-sifat

seseorang akan dibentuk oleh keadaan latarnya. Hal ini akan tercermin,

misalnya orang-orang desa di pedalaman akan berbeda dengan sifat-sifat

orang kota. Cara berpikir orang desa lain dengan orang kota (Nurgiyantoro,

(32)

2.2.3.5 Hubungan Tokoh Penokohan dengan Alur

Penokohan dan pemplotan merupakan dua fakta cerita yang saling

mempengaruhi dan menggantungkan satu dengan yang lainnya. Plot

adalah apa yang menimpanya. Adanya kejadian demi kejadian, ketegangan,

konflik, dan sampai ke klimaks yang sampai notabene kesemuanya

merupakan hal-hal yang esensial dalam plot hanya mungkin terjadi apabila

ada pelakunya. Tokoh-tokoh cerita tulah yang sebagai pelaku sekaligus

penderita kejadian, dan karenanya penentu perkembangan plot

(Nurgiyantoro, 2002: 172-173)

2.2.3.6Hubungan Tokoh dan Penokohan dengan Sudut Pandang

Menurut schorer melalui Nurgiyantoro, sudut pandang tak hanya dianggap

cara pembatasan tematik. Hal ini disebabkan sebuah novel yang

menawarkan nilai-nilai, sikap dan pandangan hidup, oleh pengarang

sengaja disiasati, sarana itu ia dapat mencurahkan berbagai sikap dan

pandangannya melalui tokoh cerita (2002: 251).

Penggunaan sudut pandang “aku” ataupun “dia”, yang biasanya juga

berarti tokoh aku atau tokoh dia, dalam karya fiksi adalah untuk

memerankan dan meyampaikan berbagai hal yang dimaksudkan

(33)

BAB III

ANALISIS STRUKTURAL DAN HUBUNGAN ANTAR

UNSUR INTRINSIK CERPEN

KOROSHIYA DESUNOYO

Pada bab sebelumnya telah penulis paparkan bahwa analisis unsur struktur

karya sastra itu terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang membangun

cerita. Pada bab ini penulis akan membahas unsur intrinsik yang meliputi: tokoh

dan penokohan, tema, latar, sudut pandang, dan amanat. Serta membahas unsur

ekstrinsik yaitu biografi pengarang.

3.1. Analisis Unsur Intrinsik

3.1.1. Tokoh dan Penokohan

3.1.1.1. Tokoh dan Penokohan Tokoh Utama

Terdapat dua orang yang menjadi tokoh utama dalam cerpen Koroshiya

Desunoyo, yaitu tuan Enu dan wanita muda. Kedua tokoh tersebut paling

diutamakan penceritaanya dalam cerpen, selain itu mereka berdua juga paling

banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.

Dari awal cerita sampai akhir cerita mereka dimunculkan terus dan

memegang peranan kunci dalam cerpen Koroshiya Desunoyo. Tuan Enu

diceritakan sebagai manajer sebuah perusahaan besar yang berkembang pesat dan

memiliki saingan yaitu pimpinan perusahaan G. Bagi perusahaan tuan Enu,

perusahaan G merupakan perusahaan yang hebat dan juga berkembang pesat.

(34)

biasa. Sedangkan wanita muda diceritakan sebagai seorang suster yang bekerja di

sebuah Rumah Sakit. Pekerjaannya sebagai suster dimanfaatkan untuk menipu

Tuan Enu. Ia mengaku sebagai pembunuh bayaran yang bisa membunuh dengan

cara menggunakan noroikorosu atau kutukan.

Dalam cerpen Koroshiya Desunoyo ini tuan Enu memiliki beberapa

karakter sebagai berikut :

1. Ragu-Ragu

Tuan Enu digambarkan mempunyai karakter ragu-ragu ketika ia mendapat

tawaran dari wanita muda untuk membunuh pimpinan perusahaan G yang

merupakan saingannya. Ia merasa ragu-ragu terhadap kemampuan wanita muda

seperti terlihat dalam kutipan berikut :

エ 氏 女 眺 う 見え い

い 配下 え う 見え い

Enu Shi wa, onna nagame naoshite. Daka, sonna shigoto ga yaresou ni mienai. Mata, reigoku na kobun o haika ni soroetei sou ni mo mienai.

ボッコ 1971: 28 ペー

Tuan Enu memperhatikan perempuan tersebut. Tetapi, pekerjaan itu tidak terlihat bisa dikerjakan olehnya. Selain itu, tidak terlihat seperti sedang mengatur seorang bawahan pengikut yang kejam.

(Bokko Chan, 1971: 28)

Sifat ragu-ragu tuan Enu terhadap wanita muda dipertegas dengan kutipan

dibawah ini :

エ 氏 腕 組 首 女 内心 察

Enu shi wa ude o kumi, kubi o kashigeta. Onna wa naishin o sasshiteka.

ボッコ 1971: 29ペー

Tuan Enu melipat tangannya dan menengadahkan kepalanya. Perempuan tersebut apakah mempertimbangka ide itu dalam-dalam?

(35)

Dan kutipan di atas tuan Enu terlihat meragukan kemampuan wanita muda.

Hal tersebut juga terbukti pada kutipan berikut :

女 急 足 帰 い 見送 エ 氏 半信半疑 い

Onna wa ashi de kaetteita. Sore o miokuri na gara, Enu shi wa hanshin hangi de tsubuyaita.

ボッコ 1971: 30ペー

Perempuan itu pulang dengan langkah yang tergesa-gesa. Sambil menyaksikan kepergianya, tuan Enu berkomat-kamit dengan setengah ragu.

(Bokko Chan, 1971: 30)

Kutipan di atas membuktikan bahwa tuan Enu meragukan wanita muda

tersebut sambil menyaksikan kepergiaannya dan berkomat-kamit setengah ragu.

2. Mudah Bingung

Selain ragu-ragu, tuan Enu juga digambarkan sebagai orang yang mudah

bingung. Seperti terlihat dakam kutipan berikut :

エ 氏 足 聞い

Enu shi wa ashi o tomete, tomadotte kiita.

ボッコ 1971: 26ペー

Tuan Enu mendengar dengan bingung dan menghentikan langkahnya.

(Bokko Chan, 1971: 26)

Watak yang mudah bingung tersebut dikuatkan dengan bukti kutipan berikut :

エ 氏 足 聞い

失礼 い

あ わ 会い 実

い あ

Enu shi wa ashi o tomete, toma dotte kiita.

“Donata deshita kana. Shitsurei desu ga, omoidasemasen”

(36)

“Shikasi, anata wa, donata desu ka”

ボッコ 1971: 26ペー

Tuan Enu mendengar dengan bingung dan menghentikkan langkahnya. “Anda itu siapa? Maaf, saya tidak ingat”

“Tidak perlu mengingat. Karena kita baru pertama kali bertemu. Sebenarnya saya ada sedikit permohonan..”

“Tetapi, anda itu siapa?”

(Bokko Chan, 1971: 26)

Pertanyaan tuan Enu yang berulang-ulang menanyakan siapakah wanita

muda itu mempertegas bahwa tuan Enu mempunyai watak yang mudah bingung.

3. Penakut

Tuan Enu juga digambarkan sebagai seorang yang penakut. Ia dalam

cerpen ini takut kepada wanita muda yang mengaku sebagai pembunuh bayaran.

Seperti yang terlihat dalam kutipan berikut ini :

女 調 表情 気 エ 氏 意

う 感 青 走

Onna wa, majimena kuchou to hyoujyou datta. Sore ni ki ga tsuku to, Enu shi wa fui ni samuke no youna mono o kanji, aozame nagara kuchihashita.

ボッコ 1971: 27ペー

Perempuan tersebut ekspresinya dan nada bicaranya serius.

Selain itu tanpa tersadar, tuan Enu tiba-tiba merasa seperti kedinginan dan dengan wajah pucat berkata.

(Bokko Chan, 1971: 27)

Tuan Enu yang merasa kedinginan dan wajahnya pucat bukan merasakan

dingin tetapi merasa takut. Takut wanita muda akan membunuhnya. Ketakutan

pada wanita muda dibuktikkan juga pada kutipan berikut :

払い い 断 対象 い

(37)

Moshi haraitakunai to kotowattara, kocchi ga taishou ni sareru kamo shirenai “Wakatteiru. Harauyo”

“Arigatou gozaimasu”

ボッコ 1971: 27ペー

Kalau tidak membayar pasti akan celaka dan aku yang akan menjadi targetnya. “Aku mengerti. Pasti akan kubayar”

“Terima Kasih”

(Bokko Chan, 1971: 27 )

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tuan Enu takut apabila ia tidak

membayar akan menjadi target pembunuhan berikutnya.

4. Hati-Hati

Pengarang juga melukiskan tuan Enu sebagai seseorang yang berhati-hati.

Berhati-hati terhadap resiko yang diambil apabila menerima tawaran wanita muda

untuk membunuh pimpinan perusahaan G. Hal tersebut dibuktikkan pada kutipan

berikut : Kare wa shibaraku kangaete kara itta.

“Sekkaku da ga, okotowarishiyou. Anata o zenmenteki ni shinyou shiyou ni mo, sore dake no konkyo ga naide wa naika. Man ichi, yari soko natte tsukamari, watashi ga iraishita to iu koto ga aragittani nattara, watashi made ga hametsu da. Sonna kiken o okashite made, kare o korosu kiwanai”

(38)

Sifat kehati-hatiannya dibuktikkan juga pada kutipan berikut :

いう あ 功

い 払う 功 え 発

覚 わ え う 証拠 い う

エ 氏 身長 考え い う い

“Sou iu mono naka na. Sore nara, maa, yatte mitekure. Seikou sureba, orei wa harau. Seikoushinakutemo motomotoda. Tatoeba, yari soko natte hakkakushite mo, watashi ga makizoe ni naru youna shoukyoko mo, nokoranai youda”

Enu shi wa shinchou ni kangae nagara, tsui ni unazuita.

ボッコ 1971: 30ペー

“Seperti itu ya. Kalau begitu, baiklah, mari kita coba. Kalau berhasil, aku akan bayar upahmu. Tapi jika tidak berhasil, akan seperti semula. Misal gagal dan diselidikipun, sepertinya sama sekali tidak ada bukti bahwa aku ikut terlibat didalamnya.”

Tuan Enu sambil berpikir hati-hati akhirnya dia mengangguk.

(Bokko Chan, 1971: 30 ).

5. Pelupa

Tuan Enu juga digambarkan oleh pengarang sebagai orang yang pelupa. Ia

melupakan kesepakatan dengan wanita muda. Berikut kutipannya :

忘 四ヶ 時 エ ー

Shikashi, sonna koto mo wasure, yonka getsu bakaritatta toki, Enu shi wa nyuuzu de sesshita.

dapat dibuktikkan pada kutipan berikut :

(39)

Onna wa kanketsu ni kotaeta. Shikashi, mita tokoro, mushi mo koroseshi sou ni nai. Enu shi wa warai nagara,

“Masaka…..”

ボッコ 1971: 27 ペー

Perempuan tersebut menjawab dengan singkat. Tetapi, jika dilihat membunuh seranggapun sepertinya tidak mampu. Tuan Enu sambil tertawa,

“Tidak mungkin…..”

(Bokko Chan, 1971: 27 )

Tuan Enu meremehkan kemampuan wanita muda dan berpikir wanita

muda tidak dapat membunuh bahkan seekor serangga. Bukti meremehkan wanita

muda juga terlihat pada kutipan berikut :

エ 氏 顔 わ い

“Joudan janai. Sonna houhou na do, arienai. Daiichi, douyatte byouki ni saseru no da”

“Noroikorosu, to demo shite oki mashouka”

“Masu masu hidoi. Shitsurei daka, jouki na no desu ka. Byouki de mite morattara ikaga desu”

ボッコ 1971: 29 ペー

Tuan Enu mengerukan dahi dan tertawa.

“Jangan bercanda. Tidak mungkin melakukan dengan cara seperti itu. Pertama, bagaimana kamu akan membuatnya sakit?”

“Bagaimana kalau kita gunakan noroikorosu?”

“Sekarang bercandaanmu tambah parah yah. Maaf kalau kurang sopan, anda waras? Bagaimana kalau di periksa di Rumah Sakit?”

(Bokko Chan, 1971: 29 )

Dilihat dari tuan Enu caranya dia berbicara dengan wanita muda terlihat

meremehkan dan seperti tidak percaya dengan wanita muda karena wanita muda

(40)

tuan Enu membunuh dengan cara noroikorosu merupakan hal yang tidak masuk

akal.

Adapun wanita muda dalam cerpen Koroshiya Desunoyo ini memiliki

beberapa karakter sebagai berikut.

1. Berani

Pengarang melukiskan karakter wanita muda mempunyai watak yang

berani. Ia berani mengungkapkan jatidirinya sebagai pembunuh bayaran secara

langsung kepada tuan Enu. Jarang sekali pembunuh bayaran yang mengaku

bahwa dirinya adalah pembunuh bayaran. Hal tersebut dibuktikkan pada kutipan

berikut :

申 あ 驚 う

い あ 殺

“Shikashi anata wa donata desu ka”

Sore o moushi akeru to, o odoroki ni naru deshou kedo...” “Iya, atta na koto de wa, odorokimasen yo”

“Koroshiya desunoyo”

ボッコ 1971: 26 ペー

“Tetapi, anda itu siapa?”

“Jika saya mengatakannya pasti anda akan terkejut” “Tidak, saya tidak pernah terkejut”

“Pembunuh bayaran”

(Bokko Chan, 1971: 26 )

Tidak hanya melalui dialog antar tokoh atau penjelasan langsung dari

pengarang, watak seseorang dapat diketahui melalui penampilannya. Wanita

muda ketika menemui tuan Enu di sebuah Vila dan mengaku sebagai pembunuh

bayaran. Penampilan wanita muda tersebut mengenakan pakaian mencolok dan

(41)

時 木 若い女 蛾現 明 い服装 明 い化粧

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa penampilan wanita muda

tersebut berpakaian terang dan tata rias menor. Berpakaian terang dan tata rias

menor biasanya melambangkan sifat atau karakter yang berani. Karena

penampilannya berbeda dari orang-orang pada umumnya yang lebih memilih

pakaian sederhana dan tata rias yang natural agar tidak menor ataupun terlihat

mencolok.

Tidak hanya itu, setelah wanita muda tersebut mendapatkan uang yang

telah dijanjikan oleh tuan Enu, wanita tersebut kembali ke kota kemudian

merubah penampilannya menjadi sederhana dan mengganti pakaiannya dengan

pakaian kerja yaitu pakaian putih khas perawat. Hal ini dibuktikan pada kutipan kangofu da. Jijitsu isha tachi no shinyou mo atsui.

ボッコ 1971: 31 ペー

Kembalinya kerumah, dari pakaian, gaya rambut dan juga tata rias, mengubah seluruhnya menjadi sederhana. Setelah itu pergi bekerja, dan ketika memakai pakaian putih untuk bekerja, dia adalah perawat yang baik sekali. Faktanya, dia merupakan suster kepercayaan para dokter.

(42)

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya wanita muda yang

mengaku sebagai pembunuh bayaran adalah seorang suster kepercayaan para

dokter. Ia berani mempertaruhkan hidup maupun karirnya sebagai suster untuk

mendapatkan uang dengan cara menipu tuan Enu.

2. Percaya Diri

Selain pemberani, wanita muda digambarkan sebagai orang yang percaya

diri. Ia meminta tuan Enu untuk tidak meragukan kemampuan yang dimilikinya.

Kemampuan untuk membunuh korbannya dengan cara membuatnya sakit dan

meninggal. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut :

いう 方

決 振 い い 病死 “Toiu to donna koroshikata o korosunoda?”

“Kesshite fushin o idakarenai, byoushi o saseru no desu kara”

ボッコ 1971: 28-29 ペー

“Kalau begitu anda mau membunuh dengan cara apa?”

“Sama sekali tidak perlu anda ragukan, kita akan buat dia meninggal karena penyakit”

(Bokko Chan, 1971: 28-29 )

Kepercayaan diri wanita muda dengan kemampuannya dibuktikan pula

(43)

エ 氏 身長 考え い う い

楽 待 い

“Kigen mo o yakusoku itashimasuwa. Sanka getsu inai to moushi agetai to koronan desu kedo, yoyuu o totte, rokuka getsu matte itadakeba, kakujitsu ni yari to getesashi agemasu”

“Iya ni jishin ga aru no da na. Shikashi, konna toki ni wa dou suru no desu. Seikou hashita, sore na noni, watashi ga houshuu o harawanai. Komaru deshou” “Kitto, o shibarai kudasaimasuwa. Atashi no shuwan o, goran ni nareba”

“Sou iu mono naka na. Sore nara, maa, yatte mitekure. Seikou sureba, orei wa harau. Seikoushinakutemo motomotoda. Tatoeba, yari soko natte hakkakushite mo, watashi ga makizoe ni naru youna shoukyoko mo, nokoranai youda”

Enushi wa shinchou ni kangae nagara tsui ni inazuita. “Dewa, tanoshimi ni omachi ni o matte kudasai”

ボッコ 1971: 29-30 ペー

“Saya pun menjanjikan batas waktu. Saya beri waktu tiga sampai enam bulan untuk menyelesaikannya”

“Percaya diri sekali ya. Tetapi, kalau begini bagaimana. Meskipun berhasil, tapi aku tidak membayar upahmu, kamu akan kesusahan bukan”

“Betul, saya mohon pembayarannya. Kalau anda sudah melihat kemampuan saya.”

“Seperti itu ya. Kalau begitu, baiklah, mari kita coba. Kalau berhasil, aku akan bayar upahmu. Tapi jika tidak berhasil, akan seperti semula. Misal gagal dan diselidikipun, sepertinya sama sekali tidak ada bukti bahwa aku ikut terlibat didalamnya.”

Tuan Enu sambil berpikir hati-hati akhirnya dia mengangguk. “Kalau begitu, silakan anda tunggu dengan senang hati”

(Bokko Chan, 1971: 29-30 )

Wanita muda tersebut sangat percaya diri untuk meyakinkan tuan Enu

dalam kemampuan membunuhnya. Meskipun tuan Enu masih merasa ragu tetapi

dengan berpikir hati-hati akhirnya dia mengangguk.

3. Berhati-Hati dalam Bertindak

Pengarang melukiskan karakter tokoh utama wanita muda sebagai wanita

yang berhati-hati dalam bertindak. Hal ini dibuktikan pada kutipan berikut :

(44)

Kanojo wa ato o tsukerarenai youni to dake chuuishita. Sujou ga wakatte wa komaru no da.

ボッコ 1971: 31 ペー

Dia berhati-hati supaya tidak diikuti jejaknya. Jika identitasnya diketahui maka akan celaka.

(Bokko Chan, 1971: 31 )

Berdasarkan kutipan di atas membuktikan bahwa wanita muda berhati-hati

dalam melakukan misinya untuk menipu tuan Enu. Karena apabila ketahuan

sangat berbahaya dapat dipecat dari pekerjaannya dan dimasukkan kedalam

penjara.

4. Merencanakan Segala Sesuatu dengan Baik

Pengarang juga menggambarkan karakter wanita muda tersebut sebagai

seseorang yang dapat merencanakan segala sesuatu dengan baik. Saat wanita

muda bertanya kepada dokter tentang kondisi pasien dan dokter menjawabnya

bahwa umur pasien tidak lebih dari enam bulan. Dokter menyarankan agar tidak

mengatakannya kepada pasien dan keluarganya karena bisa mengakibatkan shock.

Wanita muda atau seorang suster tersebut memang tidak memberitahukan pasien

maupun keluarganya tetapi mencari data pasien untuk dimanfaatkan informasinya.

Berikut kutipannya :

彼女 人 家族 告 い カ 住

所 白 職業 調 人 う 持 い 人 商売 ....

Kanojo datte, honnin ya kazoku ni tsugeru tsumori wa nai. Motto mo, karute de juusho o shirabe, shokugyou o shirabe, sono hito ni urami o motteiru hito ya, shoubai ga taki ni wa...

(45)

Perempuan itu bagaimanapun juga tidak berencanakan memberitahukan kepada pasien maupun keluarganya. Meskipun demikian, dia mencari pekerjaan dan alamat pasien di kartu riwayat kesehatan, jika perusahaanya berkembang pesat dan ada orang yang memiliki dendam kepada pasien tersebut, maka.... .

(Bokko Chan, 1971: 31 )

Berdasarkan kutipan di atas wanita tersebut dapat memanfaatkan

pekerjaannya dan kepercayaan para dokter untuk menipu seseorang dengan

mencari data pesaing perusahaan pasien.

5. Tidak Mudah Menyerah

Wanita muda mempunyai karakter yang tidak mudah menyerah dalam

membujuk dan meyakinkan tuan Enu untuk menerima tawarannya untuk

membunuh pesaing perusahaannya. Ia menyakinkan tuan Enu bahwa dia bisa

membunuh tanpa ketahuan yaitu dengan cara noroikorosu (kutukan). Dibuktikan

pada kutipan di bawah ini :

呪い殺 いう言葉 い う言い え う

“Kata seperti noroikorosu memang usang, mungkin kalau diubah dengan

penjelasan seperti ini akan cukup. Dengan cara yang pandai, kita akan buat stress meninggi di lingkungannya, sampai janungnya melemah dan meniggal. Kalau menggunakan teori yang ditetapkan ilmu kedokteran saat ini, bisa dikatakan karena penyakit stress...”

(Bokko Chan, 1971: 29)

Sifat yang tidak mudah menyerah untuk meyakinkan tuan Enu tersebut

(46)

期限 尾 い わ 三ヶ 内 申 あ い 何

“Saya pun menjanjikan bata waktu. Saya beri waktu tiga bulan, paling lama enam bulan untuk menyelesaikannya, saya pastikan sudah beres”

(Bokko Chan, 1971: 29)

Wanita muda tersebut tidak menyerah meyakinkan tuan Enu dengan

memberikan batas waktu untuk membunuh korbannya yaitu pimpinan perusahaan

G. Cara tersebut dilakukannya supaya tuan Enu percaya padanya dan

menyerahkan pekerjaannya utnuk membunuh. Selain memberikan batas waktu

wanita muda juga tidak meminta uang muka untuk meyakinkan tuan Enu.

Enu shi wa shincchou ni kangaete nagara, tsui ni unazuita. “De wa, tanoshimi ni omachi natte kudasai”

Onna wa isogi ashi de kaetteitta. Sore o miokuri nagara, Enu shi wa hanshinhangi de tsubuyaita.

“Myouna ningen mo iru mono dana. Hontou ni sonna koto ga dekiru no darouka. Tetsukekin na shi dakara, betsu ni sonmo shinakattaga”

ボッコ 1971: 30 ペー

Tuan Enu sambil berpikir hati-hati dia mengangguk. “Kalau begitu, silahkan menunggu dengan senang hati”

Perempuan itu pulang dengan langkah yang tergesa-gesa. Sambil memandang kepergiannya, tuan Enu berkomat-kamit setengah ragu.

“Ada ya orang aneh seperti itu. Apakah dia benar-benar bisa melakukan hal itu. Karena tidak ada uang muka, sama sekali tidak ada kerugian”

(47)

Meskipun dalam kutipan di atas tuan Enu masih meragukan kemampuan

wanita muda tetapi dia akhirnya menerima tawaran wanita muda. Tuan Enu juga

tidak mengkhawatirkan kerugian karena tidak ada uang muka sama sekali.

3.1.1.2. Tokoh dan Penokohan Tokoh Tambahan

Hanya terdapat 2 tokoh tambahan dalam cerpen Koroshiya Desunoyo.

Kedua tokoh tersebut adalah pimpinan perusahaan G dan dokter yang bekerja di

Rumah Sakit tempat dimana pimpinan perusahaan G dirawat serta tempat wanita

muda bekerja sebagai suster.

1. Pimpinan Perusahaan G

Tokoh tersebut muncul hanya dalam percakapan antara tuan Enu dan

wanita muda. Berikut kutipannya :

あ わ い

“Okaku shini naru koto wa, arimasenwa. Sakki, sate wa atsu ka, tooshaimashita. Aitsu to wa, G sangyou no kaisha no koto de gozaimashou”

“Aa, G sangyou ni totte, waga ni saidai no shoubai ga kida. Kyousou ni katsu niwa, hijyoushudan o toritaku mo naru darou, to kangaetewakeda. To iu koto wa, waga sha ni tottemo, G sangyou wa saidai no shoubai ga taki. Koko de no hanashi ga, shoushiki na tokoro, watashi to shitemo, kare ga shinde kureba ii, to omowarenai demo nai”

ボッコ 1971: 27-28 ペー

“Ada hal yang anda sembunyikan. Tadi, anda bilang dia. Apakah dia yang anda maksud direktur perusahaan G?”

(48)

pesat. Sampai disini juga pembicaraannya, sejujurnya, seperti saya pun, berpikir akan lebih baik jika dia mati”

(Bokko Chan, 1971: 27-28)

Dari kutipan di atas, dari tuturan tuan Enu dapat dilihat bahwa pimpinan

perusahaan G merupakan orang yang cerdas serta hebat karena dapat menjadikan

perusahaan G berkembang dengan pesat dan maju, sehingga bisa menjadi pesaing

perusahaan milik tuan Enu.

2. Dokter

Tokoh tambahan berikutnya adalah dokter yang menangani pimpinan

perusahaan G di Rumah Sakit yang hanya muncul sekali dalam cerpen tersebut.

Dibuktikan dengan kutipan di bawah ini :

実 者 信用 厚い 彼女 い い 質問 者

Sorekara, shukkinshi, shigoto no tame no hakui ni kikaereba, rippana kangofu da. Jijitsu isha tachi no shinyou mo atsui. Dakara, kanojo no taitei no shitsumon ni, isha wa kotaete kureru.

“Sensei, ima kaeraretakata desu kedo, byoujyou wa dou nan desu kedo?” “Yokunai. Jyoujiki na tokoro goka getsu kana. Nakakutemo rokuka getsu wa motanai darou. Shikashi, konna koto wa, kesshite honnin ya kazoku no mono ni iu na yo. Shokku ataeru koto ni naru”

ボッコ 1971: 31 ペー

Setelah itu pergi bekerja, dan ketika memakai pakaian putih untuk bekerja, dia adalah perawat yang baik sekali.

Faktanya, dia merupakan suster kepercayaan para dokter. Oleh karena itu, hampir sebagian besar pertanyaan dari dia, dokter akan menjawabnya.

(49)

“Tentu saja, saya mengerti....”

(Bokko Chan, 1971: 31)

3.1.2. Tema

Cerpen Koroshiya Desunoyo ini menceritakan seorang wanita muda yang

mengaku sebagai pembunuh bayaran. Wanita tersebut menemui tuan Enu dipagi

hari di sebuah Vila. Wanita muda tersebut menawarkan jasanya untuk membunuh

saingan tuan Enu yaitu perusahaan G. Tuan Enu meragukan kemampuan wanita

tersebut. Tetapi wanita muda tersebut meyakinkan tuan Enu untuk membunuh

pimpinan perusahaan G dengan menjadikannya sakit.

Tuan Enu tanpa disadari menganggukan kepalanya dan menyetujuinya.

Wanita muda itupun memberikan batasan waktu antara tiga sampai enam bulan.

Apabila wanita muda tersebut tidak bisa membunuh dengan jangka waktu yang

telah ditentukan, tuan Enu tidak akan membayar upah. Upah akan dibayarkan

setelah wanita muda itu berhasil membunuh pimpinan perusahaan G.

Empat bulan pun berlalu tuan Enu melihat berita dan pimpinan perusahaan

G telah meninggal dunia akibat serangan jantung. Polisi pun tidak melakukan

penyidikan dan pemakaman berjalan lancar. Kemudian wanita muda menemui

tuan Enu dan meminta upah. Setelah menerima upah wanita itu ke kota dan

mengubah penampilannya. Ternyata wanita muda tersebut adalah seorang suster

kepercayaan para dokter di rumah sakit tempat pimpinan perusahaan G dirawat.

Setiap pertanyaan suster tersebut selalu dijawab oleh dokter dan dokter berkata

(50)

Dari ringkasan cerita di atas, dapat disimpulkan bahwa tema cerpen

Koroshiya Desunoyo yaitu penipuan. Penipuan disini maksudnya adalah

memanfaatkan pekerjaan menipu orang untuk mencari keuntungan pribadi.

Wanita muda tersebut sangat cerdik untuk mengelabui korbannya dengan

mengaku sebagai pembunuh bayaran. Padahal wanita muda tersebut sebenarnya

adalah suster kepercayaan para dokter.

3.1.3. Latar

Latar dalam karya sastra terbagi menjadi tiga bagian yaitu latar tempat,

latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat mengacu pada tempat kejadian peristiwa

tersebut. Latar waktu merujuk pada kapan terjadinya kejadian tersebut. Kemudian

latar sosial yang berhubungan dengan kondisi sosial masyarakat.

3.1.3.1. Latar Tempat

Terdapat 4 latar tempat yang dijadikan latar di cerpen ini. Pada 4 latar

tempat tersebut terjadi peristiwa-peristiwa penting yang berpengaruh terhadap

jalannya cerita. Berikut penjelasannya :

1. Vila

Vila menjadi latar tempat utama dalam cerpen ini. Di Vila ini pertama kali

dua tokoh utama bertemu, yaitu tuan Enu dan wanita muda. Di Vila ini wanita

muda itu menemui tuan Enu yang sedang berjalan di jalan kecil penuh pepohonan.

Wanita muda mengaku sebagai pembunuh bayaran menawarkan jasanya kepada

tuan Enu untuk membunuh pesaing perusahaannya yaitu pimpinan perusahaan G.

(51)

あ 別荘地 朝 林 道 エ 一人 歩 い 彼 大 会社 経営者 い 地

時 木 若い女 現 明 い服装 明 い化粧

Aru bessouchi no asa. Hayashi no naka no michi o, Enu shi wa hitori de arushitteita. Kare wa okiina kaisha no keieisha daka, shuumatsu wa itsumo, kono chi de kutsurogu koto ni shiteiru no da...

Sono toki, ki kage kara wakai onna ga arawareta. Akarui fukusou ni akarui keshou.

ボッコ 1971: 26 ペー

Pagi hari di suatu vila. Di tengah jalan kecil sebuah hutan, tuan Enu berjalan-jalan sendirian. Dia merupakan manajer sebuah perusahaan besar, setiap minggu ia selalu bersantai di tempat ini. Udara yang segar, suara burung-burung di dalam kesunyian...

Pada saat itu muncul perempuan muda dari balik pohon. Berpakaian terang dan tata rias menor.

(Bokko Chan, 1971: 26)

Kemudian ketika tuan Enu menunggu wanita muda ditempat yang sama,

beberapa hari setelah peristiwa meninggalnya pimpinan perusahaan G seperti

terlihat pada kutipan berikut :

数日後 エ 氏 別称 人歩 い 林 道 い 女 待 い 今度 エ 氏 ほう え

Sono sujitsugo, Enu shi ga besshou de kinposhiteiruto, hayashi n michi de mata, itsuka onna ga matteita. Kondo wa, Enu shi no houga, saki ni koe o kaketa.

ボッコ 1971: 30 ペー

Beberapa hari setelah peristiwa itu, tuan Enu ketika berjalan-jalan pagi di Vila, di jalan pepohonan itu lagi, menunggu perempuan tersebut pada suatu waktu. Kali ini tuan Enu yang terlebih dahulu mengeluarkan suara.

(Bokko Chan, 1971: 30)

2. Kota

Latar tempat berikutnya yang ada dalam cerpen Koroshiya Desunoyo

(52)

Kota tempat dimana wanita muda tinggal dan bekerja sebagai suster. Hal tersebut

dibuktikan pada kutipan berikut :

女 金 エ 氏 別 町 彼女 後 い う 注意 素性 わ 困

Onna wa kane o uketori, Enu shi to wakareta. Shoshite, machi e. Kanojo wa ato o tsukerarenai youni to dake chuuishita. Sujou ga wakatte wa, komaru no da.

ボッコ 1971: 31ペー

Setelah mendapatkan uangnya, wanita itu meninggalkan tuan Enu. Kemudian, menuju ke kota. Dia berhati-hati agar tidak ada yang membuntuti. Jika identitasnya diketahui maka akan celaka.

(Bokko Chan, 1971: 31)

3. Rumah Wanita Muda

Latar tempat yang lainnya adalah di rumah, dimana wanita muda itu

mengubah semua penampilannya yang berdandan menor menjadi sederhana

seperti pada kutipan berikut :

家 帰 服装 髪型 化粧 地味 変え

Ie e kaeri, fukusou mo kamigata mo keshou mo, sukkari to jimi na mono ni kaeru.

ボッコ 1971: 31ペー

Kembalinya kerumah, dari pakaian, gaya rambut dan juga tata rias, mengubah seluruhnya menjadi sederhana.

(Bokko Chan, 1971: 31)

4. Rumah Sakit

Kemudian latar tempat di Rumah Sakit tempat pimpinan perusahaan G

dirawat. Kenyataannya wanita muda tersebut adalah seorang suster dan perawat

(53)

pertanyaan dari wanita muda (suster) selalu dijawab oleh dokter. Hal ini dapat

dilihat dari kutipan berikut :

出勤 白衣 着 え 立派 看護婦 実 者 信用 厚い 彼女 い い 質問 者 答え

Sorekara, shukkinshi, shigoto no tame no hakui ni kikaereba, rippana kangofu da. Jijitsu isha tachi no shinyou mo atsui. Dakara, kanojo no taitei no shitsumon ni, isha wa kotaete kureru.

ボッコ 1971: 31ペー

Setelah itu pergi bekerja, dan ketika memakai pakaian putih untuk bekerja, dia adalah perawat yang baik sekali. Faktanya, dia merupakan suster kepercayaan para dokter. Oleh karena itu, hampir sebagian besar pertanyaan dari dia, dokter akan menjawabnya.

(Bokko Chan, 1971: 31)

3.1.3.2. Latar Waktu

Latar waktu dalam cerita ini pada umumnya tidak disampaikan secara

keseluruhan. Tetapi hanya pada awal dan akhir cerita saat pagi hari ketika wanita

muda itu menemui tuan Enu ditempat dan waktu yang sama. Hal tersebut

Pagi hari di suatu vila. Di tengah jalan kecil sebuah hutan, tuan Enu berjalan-jalan sendirian.

(Bokko Chan, 1971: 26)

Bukti latar waktu pagi hari diperkuat dengan kutipan di bawah ini :

(54)

Sono suujitsu go, Enu shi ga bessou de no asa sanposhiteiru to, hayashi no michi de mata, itsu ka no onna ga matteita.

ボッコ 1971: 30ペー

Beberapa hari kemudian setelah peristiwa itu, tuan Enu ketika berjalan-jalan pada pagi hari di Villa, di jalan pepohonan itu lagi, menunggu perempuan tersebut.

(Bokko Chan, 1971: 30)

3.1.3.3. Latar Sosial

Latar sosial yang terdapat dalam cepen Koroshiya Desunoyo yaitu zaman

modern dimana informasi didapatkan dari berbagai media salah satunya televisi.

Wanita muda tersebut tidak menggunakan cara lama seperti racun, senjata, dan

kecelakaan mobil. Cara membunuh seperti itu merupakan cara yang biasanya

terdapat dalam novel dan televisi dan mudah untuk diselidiki. Dibuktikan pada

kutipan berikut :

わ 小説 ビ 知識 殺 屋 想 像 い う 銃 毒薬 使 自動車 故 う い

あ 発覚 い方法 使う あ いう 殺 方

“Go motto mo desu wa. Dake do, shosetsu ya terebi dake no chisiki de, koroshiya o souzou na saranai youni. Jyuu ya dokuyaku o tsukattari, jidousha jiko o yosoou to itta, arifureta hakkakushi yasui houhou o tsukau no dewa, arimasen no”

“Toiu to, donna koroshi kata o suru no da?”

ボッコ 1971: 28ペー

“Anda betul sekali. Tetapi, jangan membayangkan pembunuh bayaran dengan pengetahuan hanya sebatas dari televisi, novel dan sebagainya saja. Dengan menggunakan racun, senjata, atau dengan berpura-pura seperti kecelakaan mobil, saya tidak akan meggunakan cara lama seperti itu yang mudah sekali untuk diselidiki.”

“Kalau begitu, akan menggunakan cara membunuh seperti apa?”

(55)

3.1.4. Alur

Alur atau sering disebut plot dalam cerita ini mulai dari awal pertemuan

tuan Enu dengan wanita muda dengan dandanan menor yang mengaku sebagai

pembunuh bayaran di sebuah Vila. Menawarkan jasanya untuk membunuh

pimpinan perusahan G. Tuan Enu menolak penawaran wanita muda.

Pertengahan cerita wanita muda terus membujuk tuan Enu dan

memberikan batas waktu selama enam bulan serta tidak meminta uang muka

untuk meyakinkan tuan Enu. Kemudian tuan Enu mengangguk menyetujui.

Empat bulan berlalu dan suatu hari tuan Enu menerima berita yang

mengkabarkan bahwa pimpinan perusahaan G meninggal karena serangan jantung

dan polisi tidak melakukan penyelidikan. Wanita muda itu pun menemui tuan Enu

serta meminta bayarannya. Setelah itu dia pergi ke kota dan mengubah semua

penampilannya menjadi sederhana.

Akhir cerita wanita muda yang mengaku sebagai pembunuh bayaran

ternyata adalah suster yang bekerja di sebuah Rumah Sakit tempat pimpinan

perusahaan G dirawat. Suster tersebut sangat baik dan merupakan suster

kepercayaan para dokter. Suster tersebut mencari data pasien serta informasi

tentang perusahaan dan pesaing pimpinan perusahaan G.

Dari ringkasan cerita di atas dapat disimpulkan bahwa alur dalam cerpen

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kesukaan panelis terhadap warna, aroma dan rasa gurih produk cita rasa ikan teri terdapat pada penggunaan protease kasar konsentrasi 2,5 % dan waktu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian empat perlakuan agensi hayati yang berbeda pada tanaman cabai dapat menimbulkan serangan penyakit layu fusarium pada

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi branding dan mengevaluasi proses strategi branding yang dilakukan Pemerintah Kota

Responden dalam penelitian ini adalah Bapak/Ibu/Sdr perawat Rumah Sakit Rahman Rahim Sidoarjo. Peneliti akan memberikan kuesioner yang berisikan pertanyaan mengenai

AWP menyadari dengan target market yang dipilih dan pelanggan mereka merupakan laki-laki generasi milenial yang memiliki perilaku tidak loyal terhadap barang bermerk yang

Perusahaan-perusahaan transnasional dan revolusi hijau untuk Afrika telah memperkenalkan pertanian kontrak [di mana petani berkomitmen untuk memproduksi produk dengan cara

Salah satu nematoda parasit tanaman yang menyebabkan kerugian pada beberapa tanaman khususnya tanaman hortikultura seperti seledri dan tomat adalah Nematoda Puru Akar

Kalau negara-negara seperti Indonesia menolak menjalankan kebijakan pasar bebas (neo-liberalisme/neoimprealisme), maka hutang baru yang sebenarnya juga digunakan